MPMJATENG.COM – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Cilacap mengapresiasi langkah PCM Kroya yang memulai program pemberdayaan pertanian terpadu. Program ini ditandai dengan penanaman perdana 281 batang pohon kopi coklat jenis unggul di atas lahan tidur milik PCM Kroya.
Inisiatif ini menjadi bentuk nyata dakwah bil hal, yang menghidupkan potensi ekonomi umat melalui optimalisasi lahan dan kearifan lokal.
Lahan seluas 14.563 meter persegi tersebut sebelumnya direncanakan sebagai lokasi RS PKU Kroya, namun kini difungsikan sebagai ladang dakwah pemberdayaan.
Sebagian lahan telah ditanami sayuran seperti sawi, kacang panjang, dan melon. Ke depan, seluruh area akan ditanami pohon kopi coklat dengan sistem tumpang sari menggunakan tanaman sela seperti talas bogor dan sorgum.
Penanaman perdana dilakukan secara simbolis oleh Ketua PCM Kroya Drs. H. Sudaryono, Ketua MPM PCM Kroya H. Sudarman, dan Ketua JATAM Kroya Fajar Arifin, S.Pd.I.
Turut hadir sejumlah tokoh masyarakat, antara lain Sugeng Hadi Hudoyo—pewakaf bibit sekaligus mantan Kepala Desa Mujur, Sohirun, S.Pd., Sapon selaku Ketua Kelompok Tani, dan H. Imam Fauzi, Bendahara PCM Kroya.
Budhi Burhan Zain, Sekretaris MPM PDM Cilacap, mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya.
“Syukur Alhamdulillah, terima kasih kepada Bapak Sugeng Hadi Hudoyo sekeluarga atas wakaf bibitnya. Semoga menjadi amal jariyah. Kami juga mengapresiasi PCM Kroya, MPM PCM, dan JATAM Kroya yang telah menjadi pelopor dakwah pemberdayaan. Ini bisa menjadi pilot project bagi PCM-PCM lain, bahkan di luar Cilacap,” ujarnya.
Ketua PCM Kroya, Drs. H. Sudaryono, berharap program ini menjadi titik balik kebangkitan PCM Kroya.
“JATAM sudah membuktikan keberhasilan dalam pertanian organik. Kami optimis, kolaborasi MPM dan JATAM akan mendorong kesuksesan dalam budidaya dan pemasaran hasil panen. Semoga lahan ini menjadi basecamp aktivis pertanian terpadu,” katanya.
Sementara itu, Ketua MPM PCM Kroya, H. Sudarman, menekankan pentingnya wadah bagi potensi anggota JATAM yang berpengalaman dalam budidaya kopi.
“Program ini bertujuan menambah pendapatan warga dan membangkitkan ekonomi umat. Sistem tumpang sari akan mendukung keberlanjutan,” jelasnya.
Ketua JATAM Kroya, Fajar Arifin, S.Pd.I., menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting.
“Program ini dapat diintegrasikan dengan P5 Kemendikbud untuk menanamkan nilai bahwa bertani itu mudah dan mulia. Kami ingin menghidupkan kembali tanah-tanah subur yang terbengkalai,” tegasnya.
Pewakaf bibit, H. Sugeng Hadi Hudoyo, menyampaikan bahwa keputusan wakaf ini merupakan hasil musyawarah keluarga.
“Kami merasa ini amanah. Dulu lahan ini direncanakan untuk RS Muhammadiyah. Kini, kami siap mewakafkan tambahan bibit kopi coklat dan biaya perawatannya,” ujarnya.
Program ini menjadi bukti nyata bahwa pemberdayaan berbasis jamaah dan kemandirian umat bisa berjalan seiring dengan dakwah Muhammadiyah yang membumi dan menyentuh langsung kehidupan masyarakat. (burhan)