PEMALANG, MPMJATENG.com – Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) mulai terbentuk pada sejumlah daerah di wilayah Jawa Tengah. Ini seiring dilengkapinya pengurus Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) pada tiap Pimpinan Daerah Muhammadiyah di wilayah Jawa Tengah. Terbentuknya JATAM ini menjadi langkah awal untuk menuju korporasi petani sebagaimana program MPM PWM-PDM di Jawa Tengah.
Pada konsolidasi secara daring, Jumat 22 September 2023 malam, pengurus MPM daerah melaporkan bahwa sudah melengkapi kepengurusan MPM. Rata-rata tiap daerah memiliki sekitar 7 hingga 8 personel.
Pada tahap awal ini MPM daerah bakal berfokus melakukan pemberdayaan pada pertanian/perikanan melalui JATAM/JALAMU, pendampingan kaum dhuafa dan difabel.
Baca juga : Korporasi Akan Tingkatkan Daya Tawar Petani
Hadir pada konsolidasi secara daring ini Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, M Abduh Hisyam.

Pada kesempatan ini M Abduh Hisyam menekankan agar pengurus MPM di tiap daerah segera melengkapi personilnya sebelum Rakerwil terlaksana.
Bila sudah terbentuk harapannya program MPM segera bisa terlaksana. Salah satunya pemberdayaan petani melalui JATAM.
Sekretaris MPM Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, Naibul Umam Eko Sakti mengatakan konsolidasi ini sudah dilakukan tiga kali. Dua kali konsolidasi bertemakan korporasi petani dan satu konsolidasi dengan 12 LPPM Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTM-A) se-Jawa Tengah.
Pasca konsolidasi dengan LPPM PTM-A se-Jateng sepekan lalu, terbentuk 4 regionalisasi MPM Daerah dengan pendampingan LPPM PTM-A.
Sekitar 8 hingga 11 MPM daerah ini akan didampingi oleh 4 LPPM PTM-A di wilayah terdekat.
“Pengurus MPM di daerah yang sudah terbagi dalam regionalisasi bisa segera berkomunikasi dengan LPPM PTM-A di wilayah terdekat tersebut,” kata Naibul Umam.
Integrated Farming
Beberapa Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Daerah Muhammadiyah sudah mulai memetakan potensi dan mendata personel yang bisa menjadi anggota JATAM.
Sejumlah daerah juga mulai merancang program unggulan pada bidang peternakan yang bisa terintegrasi dengan pertanian.
Melalui pertanian integrasi dengan peternakan ini harapannya bisa menghemat biaya budidaya tanaman padi ataupun tanaman-tanaman lainnya.
Pengurus MPM Blora, Sudarwanto pada konsolidasi ini menyebut ada program unggulan di MPM Blora pada bidang peternakan yang terintegrasi dengan pertanian.
“Kita ada program unggulan integrated farming. Mengintegrasikan peternakan kambing dan sapi dengan pertanian,” kata dia
Kotoran ternak ini akan diolah menjadi pupuk organik. Diharapkan bisa menghemat biaya pupuk pada tanaman padi maupun tanaman-tanaman lainnya.
“Bila harga pupuk melonjak atau terjadi kelangkaan pupuk subsidi maka olahan pupuk organik ini dapat mengurangi biaya pertanian,” kata dia.
Ternak kambing atau sapi ini juga berfungsi untuk menambah penghasilan petani. Hal ini mengingat permintaan kambing maupun sapi yang tidak pernah sepi pada saat Idul Adha.
Senada disampaikan oleh pengurus MPM Wonogiri, M Shidiq Purwanto. Ia mengatakan bertani sebisa mungkin berbiaya murah. Maka selain petani mampu membuat pupuk organik sendiri juga petani bisa memanfaatkan teknologi yang mudak lokal dan murah.