KLATEN, MPMJATENG.com – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah dan PT Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap menggelar Studi Pengembangan Budidaya Mikro Alga di Algaepark Indonesia Mandiri, Sidowayah Klaten, Sabtu 2 Desember 2023.
Studi pengembangan ini diikuti oleh MPM Pimpinan Daerah Muhammadiyah Cilacap, JATAM Cilacap serta para petani dan nelayan di wilayah ring 1 Pertamina seperti Lomanis, Donan dan Kutawaru. Hadir mendampingi kegiatan ini Dewan Pakar MPM PWM Jawa Tengah, Dr Hartoyo serta Dosen dari Prodi Akuakultur UMP, Dr Warsito.
BACA: MPM PWM Jateng Jajaki Kerjasama Energi Terbarukan dengan Pertamina
Ketua MPM PWM Jawa Tengah, Ir Fatchur Rochman mengatakan saat ini MPM PWM Jawa Tengah sedang merintis budidaya mikro alga bersama MPM PDM Cilacap. Kegiatan ini mendapat suport dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap.
“Ini masih rintisan, rencananya akan dikembangkan untuk petani dan nelayan di wilayah Cilacap, khususnya di Donan, Lomanis maupun Kutawaru,” kata Fatchur Rochman.
Menurutnya kedatangan ke Algaepark Indonesia Mandiri, Sidowayah Klaten ini untuk melihat sekaligus belajar tentang pengembangan mikro alga. Harapannya budidaya ini dapat diterapkan untuk pemberdayaan para petani dan nelayan di wilayah Cilacap.
“Kami di Cilacap sudah mulai ujicoba pengembangan ini untuk kebutuhan pakan ternak. Kedatangan ke Algaepark ini untuk belajar, siapa tahu ada yang bisa dikolaborasikan untuk pemberdayaan masyarakat,” kata dia.

Area Manager Communication, Relation & CSR PT KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna mengatakan PT KPI RU IV selalu memberian suport terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar Pertamina. Termasuk rintisan budidaya mikro alga yang sedang dikembangkan oleh MPM PWM Jateng dan MPM PDM Cilacap untuk masyarakat di Cilacap.
Ia mengatakan budidaya mikro alga di Cilacap ini masih tahap rintisan, baru berkisar 20 persen. Ada banyak hal yang masih perlu dipelajari dan dikaji, sehingga harapannya nanti bisa dikembangkan dengan baik serta memberikan manfaat bagi masyarakat di Cilacap.
“Sudah ada roadmap-nya namun masih butuh dikuatkan lagi. Butuh suport dengan kegiatan yang bersungguh-sungguh sehingga bila nantinya ini bisa dikembangkan dan memberikan manfaat banyak bagi masyarakat Cilacap. Bila berhasil ke depan Cilacap bisa menjadi salah satu sentra mikro alga,” kata dia.
Direktur Algaepark Indonesia Mandiri, Muhammad Yusron mengatakan selama ini produk mikro alga seperti spirulina yang ada di Indonesia didatangkan dari luar negeri. Padahal sebagai negara tropis, ada banyak spesies mikro alga dalam negeri yang bisa dikembangkan secara mandiri.
Algaepark Indonesia Mandiri ini sudah mulai mengembangkan budidaya mikro alga ini sejak tahun 2017 setelah sebelumnya melakukan berbagai riset untuk menemukan mikro alga yang bisa dibudidayakan di air tawar. Pada tahap awal, mereka mengembangkan spirulina dan memasarkan dalam bentuk kapsul untuk konsumsi, fungsinya guna menambah gizi.
Saat ini budidaya mikro alga di Algae Park ini sudah memproduksi banyak varian. Selain dalam bentuk serbuk dan kapsul juga sudah bekerjasama dengan beberapa perusahaan. Semisal untuk campuran produk herbal, campuran industri makanan, pewarna alami makanan dan beberapa produk lainnya.
Menurutnya mikro alga ini agar bisa dipasarkan harus memenuhi beberapa kriteria. Antara lain kadar garamnya tidak tinggi, aromanya tidak amis, bebas dari racun dan kontaminasi seperti halnya salmonela.
Ia mengatakan pengembangan mikro alga di Indonesia masih terbuka luas. Adapun kendala yang masih di hadapi adalah edukasi terhadap pasar, yaitu tentang manfaat dari mikro alga ini.
“Air sisa budidaya mikro alga ini juga bisa diolah untuk kesuburan lahan. Sehingga secara umum budidaya mikro alga ini bisa bebas limbah,” kata dia.
Acara ini dilanjutkan dengan diskusi dari para petani di Cilacap dengan pengelola Algaepark Indonesia Mandiri dan berlanjut untuk melihat proses budidaya dan produk turunan dari budidaya mikro alga ini.