Paparkan Rencana Proyek Budidaya Sorghum
CILACAP, MPMJATENG.com – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah (Jateng), menjajaki kerjasama bidang energi terbarukan dengan PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) IV Cilacap.
Penjajakan kerjasama itu diawali dengan paparan rencana proyek penanaman sorghum oleh Ketua Bidang Pertanian Terpadu MPM PWM Jateng, Ir Hery Sugiartono, Rabu, 18 Oktober 2023. Paparan yang disampaikan di ruang rapat Anggrek PT. KPI RU IV Cilacap itu, dihadiri unsur pimpinan MPM PWM Jateng maupun PT. KPI RU IV Cilacap.
Baca Juga : Mendengarkan dengan Hati, Memaknai dengan Rasa
Dari MPM PWM Jateng, hadir Ketua MPM, Ir. Fatchur Rochman, Sekretaris MPM Naibul Umam Eko Sakti, serta Bendahara MPM Chabibul Barnabas. Selain itu, hadir pula Dewan Pakar MPM, Dr. Hartoyo, S.Pi, M.T, Tim Pendampingan Kerjasama FPIK Unsoed dengan LAZISMU Cilacap, Dr. Tjahjo Winanto. M.Si, serta Ketua Bidang Syiar Pemberdayaan MPM Jateng, Syaifudin.
Baca Juga : MPM PWM Jateng Studi Banding Program Pemberdayaan Petani Mangga Binaan Pertamina
Sedangkan dari Pertamina, hadir Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna, Senior Manager Operation & Manufacturing (SMOM) Pertamina Refinery Development Master Plant (RDMP), Syamsudin, serta Manager Health, Safety, Security, & Environment (HSSE) Pertamina RDMP, Hadi Prayitno.
Dalam paparannya, Hery Sugiantoro menjelaskan, sorghum merupakan jenis tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, pakan ternak, maupun bahan baku industri biofuel.
Baca Juga : MPM PDM Diminta Fokus Potensi Unggulan
Menurut Hery, optimalisasi ketiga manfaat sorghum tersebut bisa berjalan beriringan dan tidak akan saling “berebut” satu sama lain seperti halnya tebu dan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit. Karena tiap bagian tanaman sorghum memiliki nilai manfaat yang berbeda.
“Kita masih kekurangan gula dari tebu. Kalau tebu dibuat bioetanol, maka akan mempengaruhi produksi gula. Sama halnya CPO. Ketika CPO lebih banyak digunakan untuk biodisel, maka akan mempengaruhi produksi minyak goreng Indoneisa,” ujarnya mencontohkan. Menurut dia, hal itu tidak terjadi pada sorghum.
Baca Juga : Dukung Rakerwil MPM, UMP Siap Support “JATAM Edupark”
“Kita melihat masing-masing bagiannya tidak saling berebut. Biji bisa dimanfaatkan untuk food (pangan) walaupun bisa juga ke feed (pakan ternak). Potensi nira pada batang sorghum juga sangat tinggi. Dan itu bisa dipanen secara beriringan. Ketika biji sorghum dipanen, niranya juga ikut dipanen,” jelasnya.

Ketua Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Jateng ini mengungkapkan, kandungan nira dalam batang sorghum merupakan salah satu potensi energi terbarukan. Dengan kandungan gula antara 11 – 16 persen, nira sorghum juga bisa difermentasi menjadi bioetanol.
“Kita bisa menghasilkan bioetanol dengan kadar 70 persen, dan tinggal melakukan pemurnian untuk mencapai kadar 99,9 persen,” ungkapnya. Dia menegaskan, budidaya sorghum bisa menjadi salah satu alternatif program pemberdayaan masyarakat, dan pamanfaatan lahan milik Pertamina yang sejauh ini belum termanfaatkan.
Baca Juga : JATAM Menuju Korporasi Tani
Apalagi sorghum merupakan tanaman semusim, sehingga saat lahan akan dipakai tidak akan terganggu. “Ada beberapa manfaat budidaya sorghum, yakni pemanfaatan lahan yang belum terpakai, pemberdayaan masyarakat, sumber pangan dan pakan alternatif, serta tersedianya sumber energi alternatif,” paparnya.
Bendahara MPM PWM Jateng, Chabibul Barnabas menambahkan, potensi pasar produk turunan sorghum sangat luas. Bukan hanya produk food maupun feednya saja, tetapi juga produk industri bioetanolnya. Bahkan untuk pasar industri medis ini sudah ada.
Baca Juga : Korporasi Akan Tingkatkan Daya Tawar Petani
Sebab Muhammadiyah memiliki banyak Rumah Sakit PKU yang juga membutuhkan pasokan bioetanol. Rumah sakit-rumah sakit tersebut, lanjut Chabibul Barnabas, membutuhkan bioetanol dengan kadar 70 persen.
“Kita memang akan fokus ke yang 70 persen sesuai kebutuhan rumah sakit milik Muhammadiyah. Tapi kita juga akan mengolah yang 99,9 persen sebagai prototipe. Jadi kita sudah berfikir dari hulu ke hilir. Muhammadiyah ya produsen, tapi sekaligus pasar,” ungkapnya.
Baca Juga : Kesejahteraan Nelayan Jadi Prioritas Muhammadiyah
Menurut dia, persiapan mengolah bioetanol dengan kadar 99,9 persen sudah dimulai. “Kita sedang dalam proses mengolah yang 99,9 persen untuk prototipe bioetanol. Insya Allah Desember akhir tahun ini sudah bisa kita sajikan ke Pertamina,” imbuhnya.
Pihak Pertamina merespon positif paparan MPM PWM Jateng. Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna mengatakan, peluang kerjasama melalui program CSR Pertamina sangat terbuka.
Baca Juga : Muhammadiyah dan Kerja Pemberdayaan
Apalagi menurutnya, Pertamina juga memiliki lahan pertanian binaan di beberapa tempat seperti di Kelurahan Kutawaru dan Desa Kalijaran di Kecamatan Maos. “Ini bisa kita kloning ke Kutawaru maupun Kalijaran agar bisa dikelola bersama,” kata Cecep.
SMOM Pertamina RDMP, Syamsudin, berharap MPM segera melakukan kajian lebih jauh terkait potensi nilai ekonomi budidaya sorghum, apakah benar-benar memiliki potensi profit yang lebih tinggi dibanding komoditas pertanian lainnya.
Menurut Syamsudin, kajian tersebut sangat diperlukan untuk pertimbangan di internal Pertamina. “Kami berharap ada perhitungan nilai keekonomian, termasuk potensi untuk fuel-nya. Ini sekaligus juga akan menjadi bahasan kami di Pertamina,” kata Syamsudin.
Manager HSSE Pertamina RDMP, Hadi Prayitno mengatakan, Pertamina siap mensupport gagasan MPM PWM Jawa Tengah. Sebab program tersebut juga terkait dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang selama ini juga menjadi salah satu program Pertamina.
Baca Juga : Bertani Sebagai Sarana Pendidikan Karakter di Panti Asuhan Muhammadiyah
Selain itu, PT. KPI RU IV juga manargetkan bisa meraih PROPER Emas. PROPER Emas merupakan wujud komitmen Pertamina menjalankan usaha berbasis pada kepedulian lingkungan.
Namun menurutnya, sebaiknya MPM juga melakukan lobi ke Pertamina pusat agar kegiatan ini bisa menjadi program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara masif di seluruh Indonesia. (*)