29.6 C
Jakarta
Monday, March 17, 2025
spot_img

Mendengarkan dengan Hati, Memaknai dengan Rasa

Menumbuhkan Kepercayaan Diri dan Membersamai Penyandang Disabilitas Lewat Usaha Kedai Kopi

BELASAN remaja menyambut ramah, saat saya bersama rombongan memasuki sebuah kedai kopi di sebuah kawasan pemukiman warga di Indramayu, Jawa Barat. Sepintas, kedai kopi yang beralamat di Jl. Istiqomah Nomor 21 Lemahmekar, Indramayu ini, sama seperti kedai-kedai kopi pada umumnya.

Di dekat gerbang masuk kedai, ada etalase tempat memajang berbagai jenis kopi dan daftar menu, menyatu dengan ruang kasir. Di sebelahnya, ada lesehan dilengkapi meja-meja kecil. Di sebelahnya lagi, ada meja dan kursi yang disediakan untuk pengunjung yang memilih menikmati kopi sambil duduk santai.

Baca Juga : MPM PWM Jateng Studi Banding Program Pemberdayaan Petani Mangga Binaan Pertamina

Di sudut ruangan kedai, ada sebuah mobil sedan jadul yang sengaja diparkir sebagai ornamen untuk mempercantik ruangan, sekaligus menambah kesan klasik dan membuat kedai ini memang tempat asyik buat ngobrol sembari menikmati kopi dengan berbagai pilihan varian rasa.

Kalau saja tak ada papan display abjad dalam Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) di samping mobil sedan bercat kuning itu, siapa pun tak akan pernah mengira kalau kedai kopi itu dikelola oleh para penyandang disabilitas, khususnya disabilitas rungu wicara. Tentu termasuk saya yang memang baru kali pertama datang ke sana.

Ya, para pengelola kedai kopi itu memang para disabilitas rungu wicara. Mereka sebelumnya telah mendapat pelatihan barista. Mereka dilatih meracik kopi, pengetahuan tentang service excellent, kemudian dibuatkan tempat usaha oleh PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VI Balongan.

Baca Juga : Angkatan Muda dan Ijtihad Gerakan Sosial

Mereka mendapat pendampingan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. KPI RU VI Balongan lewat program bertajuk Pemberdayaan Inklusi Teman Istimewa (Perintis).

Saya bersama seorang teman, Chabibul Barnabas namanya. Kami datang ke kedai itu dalam kapasitas sebagai pengurus Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah untuk studi banding program pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi oleh Pertamina.

Kami difasilitasi oleh Area Manager Communication, Relation & CSR PT KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna dan Senior Supervisor SRU & LPG PT. KPI RU IV Cilacap, Djoko Mulyanto.

Tak heran kalau kami mendapat sambutan istimewa saat datang ke kedai kopi bernama “Teman Istimewa” itu. Bagi mereka, Cecep Supriyatna memang bukan orang baru di bidang pemberdayaan masyarakat di lingkungan PT. KPI RU VI Balongan.

Cecep adalah mantan Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU VI Balongan. Cecep tak hanya dikenal, tapi sangat akrab dengan para mantan anak buahnya yang kini menjadi pendamping para penyandang disabilitas yang mengelola kedai kopi tersebut.

Baca Juga : Belajar Wirausaha, 60 Ibu Rumah Tangga di Tegal Timur ikuti Cooking Class

Meski dikelola oleh para penyandang disabilitas, tempat itu sangat recommended untuk para penyuka kopi. Suasananya tenang, racikan kopinya enak. Pelayanannya ramah, meski sejatinya para disabilitas yang akrab dengan sapaan teman istimewa itu memiliki keterbatasan.

Tapi mereka mampu berkomunikasi secara baik dengan pengunjung lewat bahasa isyarat. Kalau ada konsumen yang tak paham, mereka akan menggunakan tulisan. Mereka menulis di belakang nota pemesanan untuk memastikan bahwa mereka tak salah menerjemahkan menu yang dipesan konsumen.

Saya merasakannya sendiri. Saat seorang teman istimewa menyodorkan daftar menu, saya menunjuk salah satu varian : es kopi susu murni. Satelah dia menulis di nota pesanan, saya pikir urusan pesanan selesai. Ternyata belum. Dia menanyakan sesuatu.

Baca Juga : Belajar Peduli Lingkungan Sejak Dini, Siswa Diajak PPL ke Bank Sampah

Tentu saja dalam bahasa isyarat. Tapi saya belum mampu menerjemahkannya. Dia pun memahami kebingungan saya. Maka dia menulis, menanyakan apakah es kopi susu yang saya pesan tidak pakai gula?. Saya pun menganggukkan kepala tanda setuju.

Tak butuh waktu lama, pesanan saya datang. Seketika itu saya langsung menyeruputnya. Tak cuma karena haus, tapi jujur saya penasaran juga dengan rasanya. Ternyata rasanya memang enak.

Racikan dan citarasanya pas, pertanda mereka memang punya potensi jadi barista profesional. Saya juga melihat pengunjung lain yang datang ketika itu, sangat menikmati kopi yang mereka pesan, sembari ngobrol santai dengan teman-teman mereka.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
22,300SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles