29.6 C
Jakarta
Monday, March 17, 2025
spot_img

Kebebasan Berekspresi dan Sensitivitas Kekuasaan

Oleh: Wahyudi Nasution (*)

Belakangan ini, kita disuguhi dua peristiwa yang mencerminkan hubungan tegang antara seni dan otoritas: permintaan maaf dari band punk SUKATANI asal Purbalingga atas lagu “Bayar Bayar Bayar” yang mengkritik perilaku polisi, serta pembatalan pameran lukisan Yos Soeprapto yang menyoroti rusaknya budaya birokrasi. Kedua kasus ini memperlihatkan bagaimana ekspresi seni yang kritis sering kali dianggap sebagai ancaman, bukan sebagai bagian dari diskursus demokratis.

Musik punk, secara historis, memang lahir dari semangat pemberontakan terhadap ketimpangan sosial dan penyalahgunaan kekuasaan. Lagu “Bayar Bayar Bayar” sejatinya hanyalah refleksi dari keresahan masyarakat terhadap realitas yang mereka hadapi.

Jika kritik semacam ini langsung direspons dengan tekanan sehingga SUKATANI ‘terpaksa’ mengunggah video permintaan maaf dan menarik lagunya dari peredaran, bukankah itu justru menunjukkan kebenaran dari kritik tersebut?

Demikian pula dengan kasus pameran Yos Soeprapto. Seni lukis, seperti halnya musik, adalah ruang dialog antara seniman dan publik. Pembatalan pameran dengan dalih kritik vulgar terhadap birokrasi seolah menegaskan bahwa transparansi dan akuntabilitas masih menjadi persoalan besar dalam pemerintahan kita.

Alih-alih merespons kritik dengan cara represif, seharusnya ini menjadi momentum bagi pihak yang merasa tersindir untuk introspeksi. Jika sebuah lagu atau lukisan mampu menggugah kegelisahan penguasa, mungkin ada hal yang memang perlu diperbaiki. Demokrasi yang sehat bukanlah demokrasi yang takut pada kritik, tetapi yang menjadikannya sebagai bahan perbaikan dan refleksi.

Teman-teman seniman, teruslah berkarya mencurahkan daya cipta, kreativitas, dan kejujuran. Seni adalah cerminan dari realitas dan suara hati masyarakat. Jika kritik dianggap sebagai ancaman, itu berarti seni masih memiliki daya yang luar biasa. Jangan gentar menghadapi tekanan—justru di sanalah seni menemukan maknanya. Semangat berkarya!

(*) Pegiat Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerhati Seni-Budaya, tinggal di Klaten)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
22,300SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles